Latest News

Rabu, 27 Februari 2019

Babel Terbaik Kerukunan Umat Beragama


Babel Terbaik Kerukunan Umat Beragama



Sekda Bangka H Tarmizi H Saat mengakui kerukunan umat beragama di Kabupaten Bangka sangat baik, dan hingga kini tidak ada konflik yang terjadi antar umat beragama.

"Pendirian tempat ibadah di Kabupaten Bangka tidak ada masalah. Intinya adalah kesadaran masing-masing agama," ungkap Tarmizi, Selasa (6/3/2012) ketika menjadi pembicara pada kegiatan peningkatan toleransi dan kerukunan dalam kehidupan beragama Kabupaten Bangka Tahun 2012 di Parai Beach Hotel.

Diakui Pendeta Yohani Kausta bahwa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini terbaik toleransi dalam kerukunan umat beragama. Namun begitu, ia mengingatkan perlu diantisipasi terhadap hal-hal yang memicu terjadinya perpecahan antar umat beragama.

"Adanya Forum Kerukunan Umat Beragama ini terjalin silaturahmi antar umat beragama," kata Yohani.

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bangka Husin Djais mengatakan FKUB ini telah berdiri selama satu tahun lebih sejak tahun 2011 lalu. Menurutnya, FKUB bukan organisasi politik melainkan organisasi biasa.

Pada kesempatan itu masing-masing para tokoh agama yang ada di Kabupaten Bangka menyampaikan sambutannya dari sudut pandang agama masing-masing. Utamanya, mengenai kerukunan umat beragama di Kabupaten Bangka.

Penulis: nurhayati
Editor: emil


Kerukunan dan Toleransi Beragama di Kabupaten Bangka Terjaga


Kerukunan dan Toleransi Beragama di Kabupaten Bangka Terjaga

Kantor Kesbangpol Kabupaten Bangka menggelar kegiatan Peningkatan Toleransi dan Kerukunan Hidup Beragama ( PETRA ) 


Kerukunan dan toleransi umat beragama di Kabupaten Bangka sangat tinggi sehingga konflik antar agama tidak terjadi di Negeri Sepintu Sedulang.

"Selama ini toleransi umat beragama di Kabupaten Bangka aman, tentram dan damai tidak pernah terjadi konflik. Kami dari pemerintah berharap kepada Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) kita menjaga situasi di daerah ini agar aman dan kondusif dalam beragama di Kabupaten Bangka," pesan Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Setda Bangka Arman Agus, Selasa (31/5/2016) pada acara Peningkatan Toleransi Kerukunan Umat Beragama (Petra) 2016 dengan tema indahnya hidup berdampingan dalam beragama di Meeting Room Novilla Boutique Resort Sungailiat.

Dia berharap agar keagamaan dan multi ras di Kabupaten Bangka jangan sampai terkoyak. Apalagi saat ini mulai muncul paham komunisme, jangan sampai berkembang dan terjadi di Kabupaten Bangka.

"Kondisi ini jangan sampai menyebabkan situasi kerukunan umat beragama dan toleransi menjadi buyar," kata Arman.

Dia juga mengingatkan masyarakat mewaspadai adanya gerakan Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) yang meresahkan agar jangan sampai muncul. Untuk itu peran para tokoh agama diharapkan bisa membendung pengaruh negatif paham-paham tersebut.

Arman berharap kerukunan dan toleransi umat beragama antar masyarakat di Kabupaten Bangka perlu ditingkatkan untuk mencegah munculnya paham-paham radikal tersebut.

Dia juga berharap peran para tokoh agama melalui FKUB ini bisa mencegah terjadinya kejahatan seksual yang sekarang marak. Para tokoh diharapkan dapat mengingatkan masyarakat terutama para orang tua untuk memcegah agar tidak terjadi kejahatan seksual baik di lingkungan keluarga maupun daerah sekitarnya.

Selain itu memasuki bulan suci Ramadhan yang dilaksanakan umat muslim yakni berpuasa, agar agama-agama lain bisa saling menghormati dan bertoleransi.

"Kepada rekan-rekan kita yang non muslim menghargai masyarakat muslim yang sedang berpuasa. Kita saling menghargai dan menghormati pada Bulan Suci Ramadhan ini," imbau Arman.

Kepala Kesbangpol Kabupaten Bangka KA Firdaus mengatakan, kegiatan Petra 2016 ini bertujuan sebagai forum silaturahmi kebangsaan dan persaudaraan sesama pemuka agama di Kabupaten Bangka dan memfasilitasi kegiatan FKUB.

Kegiatan ini diikuti 75 orang pengurus FKUB dan para pemuka agama baik dari Islam, Protestan, Katolik, Budha, Hindu dan Konghucu.

Sedangkan narasumber dalam kegiatan ini disampaikan oleh Kementerian Agama Kabupaten Bangka dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bangka.

Penulis: Nurhayati
Editor: Edwardi



Jumat, 01 Februari 2019

Merugikan Babel, Perdagangan Zirkon Antar Pulau Harus Dihentikan


Merugikan Babel, Perdagangan Zirkon Antar Pulau Harus Dihentikan

Rabu, 16 Mei 2018 18:08

Anggota komisi I DPRD Babel, Eka Budiarta 

 
Perdagangan mineral ikutan timah khususnya zirkon harus segera dihentikan oleh pemerintah daerah. Mineral yang memiliki ekonomis tinggi ini ternyata sudah merugikan daerah Bangka Belitung.

Setidaknya kurun waktu tahun 2017 sampai pertengahan 2018 ini sudah terjadi sekitar 14.000 ton perdagangan zirkon antar pulau. Pelaku mengirim dan memperdagangkan zirkon ke Kalimantan Tengah.

Hal ini ditemukan oleh Panitia Khusus (Pansus) Interpelasi, DPRD Bangka Belitung saat melakukan kunjungan ke Kementrian Perdagangan.

Ketua Pansus, Eka Budiarta kepada harian ini, Rabu (15/5/2018) mengatakan kerugian Bangka Belitung dari perdagangan zirkon ini cukup besar.

Setidaknya 2,5 persen penghasilan negara bukan pajak (PNBP) atau royalti hilang begitu saja. Belum lagi kerugian lainnya kesempatan kerja masyarakat Bangka Belitung selaku daerah penghasil zirkon.

“PNBP itu dihitung berdasarkan daerah pengekspor, kita tidak termasuk pengekspor. Dari data yang kita dapatkan Babel itu bukan pengekspor zirkon. Cuma penghasil, tapi dikirim, pengolahan dan pemurniannya di Kalimantan Tengah. Tentunya kerugian kita besar, pertama tidak dapat royalti dalam bentuk PNBP dan kedua tidak bisa menyerap tenaga kerja,” kata Eka Budiartha.

Penulis: Hendra
Editor: zulkodri


Timah Memakmurkan dan Menghancurkan Bangka-Belitung

Timah Memakmurkan dan Menghancurkan Bangka-Belitung



Seorang pegawai PT Timah menunjukkan bola-bola timah olahan di Pangkal Pinang. (REUTERS/Beawiharta)

Barangkali Anda ingat film Laskar Pelangi yang memotret semangat anak-anak Bangka Belitung. Industri penambangan timah yang menjadi latar film itu, pada kenyataannya, menghancurkan pulau cantik tersebut.
Bagi Asbaru, nelayan di Simpang Teritip, di Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, mempertahankan laut adalah mempertahankan hidup.

Dia dan kawan-kawan sesama nelayan sedang berjuang melawan Kapal Isap Produksi (KIP) yang digunakan untuk menambang pasir timah dari laut. Pasalnya, untuk mengambil pasir timah, kapal itu tak jarang menghancurkan karang dan kemudian pergi ketika timah habis, meninggalkan perairan yang rusak tanpa ikan.
Cara kerja kapal penghisap bijih timah yang berbentuk seperti pasir, tidak ramah lingkungan. Misalnya,dengan memecah karang apabila pasir timah mengendap di sela karang, kata Asbaru menjelaskan. Lumpur dari sisa aktifitas penambangan timah juga hanyut kemana-mana.

“Waktu mengendap, lumpur ini akan menutupi karang tempat ikan-ikan berkembang biak. Setelah ditutupi lumpur ini, tidak ada biota laut yang bisa berkembang disana,” kata Asbaru.

Seluruh nelayan di Provinsi Bangka Belitung kini semakin resah karena KIP timah terus bertambah. Sebabnya, pemerintah daerah mengobral izin pertambangan tanpa memperhitungkan daya dukung lingkungan dan membiarkan kerusakan terjadi di darat dan di laut.

“Kami ini bisa apa. Kami ini rakyat kecil. Jelas kami sudah berupaya menolak kapal itu beroperasi, tetapi semua sekarang ada di tangan bapak gubernur,” ujar Asbaru.

Tangkapan Berkurang
Juliadi, nelayan di Sungailiat, Bangka tahun lalu berhasil mengusir sebuah kapal isap timah dari areal tangkap ikan mereka. Pasalnya, kapal itu menghancurkan mata pencaharian nelayan ketika masih beroperasi. Ratusan nelayan naik ke atas kapal timah dan memaksa operator mematikan mesin.

Menurut Juliadi, tangkapan para nelayan berkurang drastis sebelum mereka mengusir kapal isap timah tersebut. Misalnya, hasil tangkapan udang nelayan tidak sampai 3 kilogram ketika kapal isap beroperasi, kata Juliadi.

Kapal Isap Produksi timah di Bangka-Belitung. (Foto:Walhi Babel)

“Nah, setelah kami berhasil mengusirnya, di tahun ini saat musim udang, tangkapan nelayan bisa 40-50 kilogram. Udang itu harganya paling rendah delapan puluh ribu rupiah sekilo,” ujar Juliadi.

Tapi perjuangan Juliadi belum berakhir. Perusahaan timah terus mengiming-imingi nelayan di beberapa lokasi untuk menerima kehadiran kapal hisap mereka dengan menawarkan uang ganti rugi.

“Mereka memecah-belah kami. Ada sebagian nelayan di tempat lain yang diberi uang ganti rugi. Lalu mereka sampaikan ke kawan-kawan disini. Ada juga organisasi nelayan yang dikatakan setuju, tetapi ternyata organisasi itu dipimpin pengusaha tambang. Ini kan aneh,” tambah Juliadi.

Buah Simalakama

Bangka Belitung bagai menerima buah simalakama. Sejak lama, kepulauan ini menjadi penghasil timah terbaik di dunia. Sepuluh negara, yaitu Perancis, Jerman, Amerika Serikat, Taiwan, Korea Selatan, Malaysia, China, Thailand, Jepang dan Singapura, menggantungkan pasokan timah dari sana. Buah manis itu bertahun-tahun dinikmati dan membawa nama Bangka-Belitung di peta dunia.

Namun dampak buruknya kini terasa. Lingkungan rusak tak terkendali, baik oleh tambang resmi maupun ilegal. Sebanyak tiga perempat dari wilayah Kepulauan Bangka-Belitung yang seluas 1,6 juta hektar, masuk dalam Izin Usaha Pertambangan (IUP) skala besar dan inkonvensional. Sisanya direbut oleh industri kehutanan dan baru sebagian kecil untuk ruang hidup warganya.

Tambang di darat menghancurkan hutan, sementara tambang di laut merusak ekosistem pesisir dan melenyapkan ikan. Dampaknya dirasakan oleh 45.000 nelayan tradisional yang mengandalkan hidup dari pesisir dan laut.

Provinsi Bangka-Belitung berada di posisi tertinggi dalam soal kerusakan lahan yang mencapai 1,053 juta hektar atau 62 persen dari luas daratannya. Industri ini juga sumber korupsi. Selama 10 tahun sejak 2004, Indonesian Corruption Watch (ICW) mencatat kerugian negara dari penambangan timah sebesar 68 triliun rupiah dari pajak, biaya reklamasi, royalti, pajak ekspor dan penerimaan non pajak.

Tiga tahun lalu, perusahaan besar seperti Apple dan Samsung bahkan pernah digugat karena menggunakan timah hasil penambangan ilegal di Bangka Belitung. Keduanya berjanji melakukan evaluasi terhadap pemasok timah, namun berakhir tanpa kejelasan.



Seorang penambang sedang memisahkan pasr timah di sebuah tambang timah di Bangka (REUTERS/Beawiharta)

​Potensi Ekonomi

Ratno Budi, Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bangka Belitung mencatat, industri tambang tidak pernah taat pada ketentuan reklamasi lahan. Bekas tambang dibiarkan saja, sementara pemerintah tidak tegas menindak.

“ Pemerintah lalai dalam hal ini, selalu menunggu izin tambang berakhir. Kalau izin sudah berakhir tanpa reklamasi, perusahaan tidak akan mau bertanggung jawab,” kata Ratno Budi.

Walhi merekomendasikan agar provinsi ini tidak lagi bersandar pada tambang timah untuk menggerakkan ekonomi, tetapi beralih ke industri perikanan dan pariwisata. Kedua sektor ini, kata Ratno Budi, adalah industri berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan.

“Dalam satu-dua tahun ke depan ini, pemerintah sudah harus memikirkan sektor penggerak ekonomi selain timah, tidak di tambang lagi,” kata Ratno Budi. “Potensinya banyak. Wisata, perikanan tangkap, pertanian lada. Lada putih kita itu salah satu komoditas andalan ekspor ke Eropa.”

Bersama sejumlah lembaga swadaya masyarakat, Walhi telah mendesak Presiden Joko Widodo untuk memberlakukan moratorium penambangan timah.

Walhi juga mendesak pemerintah untuk melakukan audit lingkungan hidup dan meninjau kembali semua perizinan tambang yang sudah diberikan. Pemerintah juga harus menegakkan aturan hukum dan mewajibkan semua perusahaan tambang yang masih beroperasi untuk melakukan reklamasi lahan bekas tambang di Bangka Belitung.

Recent Post