Ancaman Kerusakan Ekologi Akibat Pembangunan Smelter
Freeport
PT Freeport Indonesia berencana membangun pabrik pemurnian
dan pengolahan mineral (smelter) di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Menanggapi
itu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Timur menolak rencana
pembangunan smelter, karena wilayah pulau Jawa merupakan daerah padat
penduduk, sehingga daya rusak yang dapat ditimbulkan akan lebih terasa oleh
masyarakat.
“Kita sudah tahu kalau Freeport akan membangun smelter di
Gresik. Kerusakan lingkungan pasti akan dirasakan masyarakat disana,” kata Ony
Mahardika, Direktur Eksekutif Walhi Jawa Timur.
Ony mengingatkan mengenai sejarah kebocoran perusahaan smelting yang
pernah terjadi di Gresik, yang menimbulkan korban jiwa dan luka-luka dari warga
sekitar.
“Belum lagi soal pembuangan tailing atau limbah
yang akan merugikan nelayan yang ada di selat Madura, itu akan mencemari laut
wilayah tangkapan nelayan,” ujarnya.
Industri tambang selama ini telah mendikte negara mulai dari
hulu sampai hilir. Model pengurusan pertambangan dengan sistem keruk cepat dan
jual murah sejak orde baru, terbukti mempercepat eksploitasi bahan tambang dan
merusak ruang hidup warga. Tindakan ini kata Ony, akan mengulang cerita lama
satu dekade lalu, saat pebisnis pertambangan berhasil mendikte Indonesia untuk
membuka hampir satu juta hektar hutan lindungnya menjadi kawasan tambang.
“Kita harus melihat secara utuh krisis sosial-ekologi mulai
hulu sampai hilir. Alih-alih menyejahterakan rakyat, nyatanya negara yang
mensubsidi pebisnis tambang,” lanjutnya.
Sejak 5 tahun setelah berlakunya UU Minerba, pengurusan
sektor hulu semakin amburadul. Luasan lahan dan tumpang tindih ijin tambang,
dinilai semakin tidak terkontrol. Hingga 2011 sedikitnya 8.000 ijin dikeluarkan
pemerintah dan 75 persennya tumpang tindih. Sedangkan pada 2013 lebih dari 11.000
ijin telah dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Data Walhi Jawa Timur menyebutkan pada 2013 terdapat 8 smelter di
Jawa Timur, diantaranya smelter baja PT. Hanil Jaya Steel di Surabaya, smelter baja
PT. Jatim Taman Steel di Sidoarjo, smelter baja PT. Bhirawa Steel di
Gresik, smelter baja PT. Pangeran Karang Murni di Gresik, smelter feronikel
Group Modern di Gresik, smelter feronikel PT. Multi Baja Industri di
Tuban, smelterferonikel PT. Situbondo Metalindo di Situbondo, smelter nikel
PT. Royal Nikel Nusantara di Lamongan.
Pemerintah lanjut Ony, kini mendorong pembukaan smelter di
sektor hilir sebagai penerapan Master Plan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia (MP3EI), yang berencana membangun lebih dari 150 smelter di
seluruh Indonesia.
“Kenyataannya pemerintah telah menjadikan Indonesia sebagai
pelayan bagi negara-negara industri, dengan menyediakan bahan mentah dan pasar
raksasa bagi produk negara maju,” tukasnya.
Dukung Pembangunan Smelter
Gubernur Jatim Soekarwo menegaskan kepastian rencana
pembangunan smelter di Gresik, sesuai pengumuman Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM). Selain di Gresik, di Papua juga akan dibangun smelter untuk
mengolah hasil tambang PT. Freeport Indonesia.
Menurut Soekarwo, pertimbangan dibangunnya smelter di
Gresik lebih pada persoalan efisiensi perusahaan, dimana produk sampingan
dari smelter dapat langsung diolah menjadi produk yang bernilai
ekonomis.
“Kalau di Gresik, fospatnya bisa langsung dijual dan
diproduksi sebagai bahan pembuat pupuk dan bahan semen,” katanya.
Soekarwo mengungkapkan bahwa pada tahun 2015 ini telah
dilakukan penyiapan lahan beserta prasarana lainnya, yang dipastikan di sebuah
kawasan di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Dia memastikan pembangunan smelter tidak
akan mengganggu masyarakat, karena akan dibangun di lahan yang jauh dari warga.
“Lahannya bukan di lahan masyarakat, tapi di lahan
reklamasi. Kalau reklamasi kita pasti cek dengan Amdalnya. Kalau di bagian
depan sudah ada reklamasi untuk pelabuhan saja bisa, disebelah dalam mestinya
juga bisa,” tandasnya.
Udang hasil tambak warga Gresik, Jatim, mati terkena limbah
smelter. Foto : Petrus Riski
Sebelumnya, Gubernur Jatim bertemu dengan Direktur PT.
Freeport Indonesia Rozik Boedioro Soetjipto di Surabaya, Selasa (21/20/2014),
yang membahas rencana Freeport membangun smelter di Gresik, Jawa
Timur.
Pada kesempatan itu Soekarwo menegaskan mendukung
pembangunan smelter di Gresik, dengan memberi jaminan kemudahan dalam mengurus
perijinan yang ditargetkan 14 belas hari kerja. Smelter yang akan
dibangun Freeport dengan luas lahan 80 hektar, rencananya berkapasitas produksi
1,8 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Dipilihnya Gresik sebagai tempat dibangunnya smelter karena
di Gresik telah dilengkapi infrastruktur jalan dan pelabuhan, sehingga dapat
memperlancar arus barang hasil pengolahan smelter untuk menekan ongkos angkut.
“Kalau mau bikin smelter di Papua, mungkin harus ada fasilitas
yang menunjang. Termasuk pabrik pengolahan produk sampingan,” pungkas Soekarwo.
Sumber: mongabay.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar